‘Deja Vu Aliansi Poros’ Bersatunya Tiga Negara Melawan Negara Adidaya

Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang kembali duduk satu meja dalam sebuah dialog ekonomi yang pertama kali digelar setelah lima tahun.

EKONOMIDEJA VU ALIANSI POROS

Jia Aviena

4/15/20252 min read

Bersatunya tiga negara Asia Timur (Tangkap Layar youtube CNN Indonesia)
Bersatunya tiga negara Asia Timur (Tangkap Layar youtube CNN Indonesia)

alibipolitik.com - Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang kembali duduk satu meja dalam sebuah dialog ekonomi yang pertama kali digelar setelah lima tahun. Pertemuan ini bukan hanya soal perdagangan, tetapi menjadi sinyal kuat tentang arah geopolitik Asia Timur yang mulai menggeliat.

Diselenggarakan pada Minggu waktu setempat, dialog ekonomi ini bertujuan memperkuat perdagangan regional di tengah bayang-bayang kebijakan tarif proteksionis yang digencarkan oleh Presiden Amerika Serikat kala itu, Donald Trump. Ketiga negara yang secara historis memiliki hubungan kompleks sepakat untuk mempererat kerja sama dalam pembicaraan perdagangan bebas (FTA) tingkat tinggi yang menyatukan Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang.

Aliansi ekonomi ini mengingatkan pada gema sejarah. Saya menyebutnya sebagai “deja vu aliansi poros” sebuah kiasan yang menggambarkan kembalinya kolaborasi kuat tiga negara Asia Timur yang dulu pernah memainkan peran sentral dalam konstelasi global. Bedanya, kali ini mereka bukan membangun kekuatan militer, melainkan fondasi ekonomi bersama sebagai benteng terhadap hegemoni Amerika Serikat.

Pertemuan ini juga mencerminkan meningkatnya keinginan politik dari ketiga negara untuk saling memperkuat, terutama dalam menghadapi ketidakpastian global dan tekanan dari kebijakan tarif AS. Seoul, Beijing, dan Tokyo yang merupakan mitra dagang utama AS tampaknya mulai membentuk poros baru untuk menjaga kepentingan kawasan mereka.

Pernyataan resmi dari ketiga pihak menegaskan komitmen mereka terhadap tatanan perdagangan global berbasis aturan. Mereka menyatakan akan terus mendorong kesepakatan perdagangan bebas regional, menjaga sistem multilateral di bawah kerangka WTO, serta menolak unilateralisme dan proteksionisme.

"Kami memperkuat implementasi kerja sama melalui FTA Korea-Tiongkok-Jepang untuk menjaga ketertiban internasional berbasis perjanjian WTO," demikian kutipan pernyataan dari perwakilan Korea Selatan.

Sementara dari pihak Tiongkok, tekanan global akibat permainan politik, menguatnya unilateralisme, dan merebaknya proteksionisme disebut sebagai penyebab utama ketidakstabilan ekonomi global. Dalam pandangan mereka, tanggung jawab untuk menjaga kemakmuran kawasan bahkan dunia kini berada di pundak tiga raksasa Asia tersebut.

“Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan harus bersama-sama menjaga perdagangan bebas dan sistem multilateral, melawan proteksionisme, serta terus mendorong integrasi ekonomi kawasan demi menyuntikkan energi positif bagi perekonomian global,” demikian pernyataan dari Beijing.

Dengan latar geopolitik yang terus berubah, pertemuan ini menandai potensi terbentuknya poros baru kekuatan ekonomi global. Bukan dengan senjata, tetapi lewat strategi dagang, regulasi bersama, dan kepentingan ekonomi yang selaras.

Amerika Serikat mungkin tidak menghadapi musuh yang frontal, tetapi bisa jadi ia sedang menyaksikan lahirnya bentuk baru dari “aliansi poros” yang kali ini membawa bendera perdagangan, bukan peperangan.###