Memuncak! Ketegangan Politik Jokowi dan PDIP, Hersubeno Arief ungkap Pandangannya

Berita ini membahas pandangan jurnalis senior Hersubeno Arief terkait dinamika politik antara Joko Widodo dan PDIP. Ia menyoroti respons Jokowi terhadap berbagai serangan dari PDIP, termasuk dugaan kriminalisasi terhadap Hasto Kristiyanto.

JOKOWIPDIPPERSETERUANHERSUBENO ARIEF

Jia Aviena

3/16/20251 min read

Hersubeno Arief, Jurnalis Senior (Tangkap layar youtube Hersubeno Point)
Hersubeno Arief, Jurnalis Senior (Tangkap layar youtube Hersubeno Point)

alibipolitik.com - Jurnalis senior Hersubeno Arief menyoroti ketegangan yang semakin memuncak antara Joko Widodo dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Pernyataan terbaru Jokowi menunjukkan adanya perubahan sikap yang signifikan dari mantan kader PDIP tersebut.

“Kini, yang justru ditunggu adalah apakah akan ada serangan balik dari Jokowi. Sebab, sebelumnya ia menyatakan bahwa meskipun selama ini diam, kesabarannya ada batasnya,” ungkapnya dilansir dari youtube Hersubeno Point.

Jokowi, yang selama ini dikenal dengan pendekatan santai dan tenang, kini mengisyaratkan bahwa kesabarannya memiliki batas.

Hersubeno melihat respons Jokowi terhadap serangan politik dari PDIP sebagai tanda adanya eskalasi konflik.

Jokowi menegaskan bahwa dirinya telah lama diam terhadap berbagai tuduhan dan fitnah yang dialamatkan kepadanya, tetapi kini mulai menunjukkan sinyal bahwa ia tidak akan tinggal diam selamanya.

Pernyataan ini bertepatan dengan sidang perdana Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto di Pengadilan Tipikor Jakarta, yang semakin memperkuat narasi bahwa ketegangan antara Jokowi dan PDIP bukan sekadar wacana politik belaka.

Menurut Hersubeno, PDIP meyakini bahwa kasus hukum yang menjerat Hasto merupakan bentuk balas dendam politik Jokowi.

Pemecatan Jokowi, anaknya Gibran Rakabuming yang kini menjadi Wakil Presiden, serta menantunya Bobby Nasution sebagai kader PDIP disebut sebagai pemicu utama ketegangan ini.

PDIP menuding ada upaya kriminalisasi terhadap kader mereka sebagai bentuk pembalasan atas keputusan partai yang berujung pada pemecatan Jokowi.

Hersubeno juga menyoroti bagaimana kasus hukum terhadap Hasto berkembang dengan cepat setelah pemecatan Jokowi dari PDIP.

KPK, di bawah kepemimpinan yang baru, segera meningkatkan status Hasto dari saksi menjadi tersangka hanya dalam beberapa hari setelah keputusan pemecatan tersebut diumumkan.

Bahkan, setelah beberapa kali mengajukan praperadilan, Hasto tetap harus menjalani proses hukum dan akhirnya ditahan oleh KPK.

Dari sudut pandang Hersubeno, ada pola yang menarik dalam dinamika politik ini. Setelah sekian lama diam, Jokowi mulai merespons serangan terhadap dirinya, yang berpotensi mengubah peta politik nasional.

Di sisi lain, PDIP tampaknya semakin solid dalam membela Hasto, bahkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri secara terang-terangan mendukungnya dengan tidak menggantikan posisi Hasto sebagai Sekjen PDIP, meskipun telah berstatus tahanan KPK.